Kamis, 25 Oktober 2012

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN



Manusia
Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi  atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.

Kebudayaan
Inti dari Kebudayaan adalah seluruh tingkah laku, perbuatan, cara kita berfikir merupakan ungkapan atau ekspresi dari nilai-nilai tertentu yang lebih dalam, yang tidak terlihat.
Menurut David Popenoe dalam bukunya yang berjudul Sociology (Prentice-Hall,Inc.,NJ, 1983) berpendapat bahwa Kebudayaan adalah system nilai dan makna yang dianut (shared) oleh suatu masyarakat atau kelompok masyarakat, termasuk pengejawatahan nilai-nilai tersebut beserta maknanyadalam objek-objek material.
Kita juga dapat mendefinisikan Kebudayaan dengan meninjau makna leksikalnya. Prof. Koentjaraningrat termasuk salah satu pemikir yang memberikan makna leksikal kebudayaan. Menurutnya, Kebudayaan berasal dari kata bahasa Sanskerta Buddhayah. Kata “buddhayah” adalah bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dari pengertian kata buddhi kemudian disimpulkan bahwa Kebudayaan adalah “hal-hal yang bersangkutan atau berhubungan dengan akal.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesian (KBBI:2001), kata Kebudayaan di jelaskan dalam dua pengertian. Pertama, Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Kedua, Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.
Dari pengertian Kebudayaan secara leksikal tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan penting, yaitu:

1.       Kebudayaan pertama-tama memang berhubungan dengan “budi” atau “akal” manusia. Akal atau budi inilah yang pada gilirannya akan mengatur danmenata system nilai, makna, dan norma dalam pikiran manusia sehingga memampukan dia bereaksi terhadap alam semesta dengan cara tertentu.
2.      Kemampuan akal atau budi ini tidak berhenti pada tahap penciptaan gagasan, ide, system abstrak seperti cara pandang dunia atau norma-norma moral universal, tetapi juga mengejawantahkan diri dalam kebudayaan material yang dapat dihindari.
3.      Kebudayaan yang berkembang sejak akal atau budi manusia mulai berkembang.
4.      Manusia mengembangkan kemampuan akal dan budinya melalui proses belajar.

Kebudayaan Asing yang Sulit dan Mudah diterima

Globalisasi memberikan dampak positif terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui sarana elektronik seperti radio, televisi, dan komputer serta sarana elektronik lainnya globalisasi dapat mempercepat keberhasilan pembangunan di bidang sumber daya manusia. Globalisasi menumbuhkan kinerja yang berwawasan luas dan beretos kerja tinggi pada tiap individu. Selain itu, di bidang sosial budaya globalisasi juga memberikan dampak positif. Globalisasi dapat menumbuhkan dinamika yang terbuka pada individu sehingga tanggap akan adanya unsur-unsur pembaharuan.
Dampak globalisasi tidak hanya bersifat positif, tetapi juga dapat bersifat negatif. Dampak negatif tersebut misalnya, dapat berupa goncangan budaya, pergeseran nilai-nilai budaya, dan ketimpangan budaya.
Masuknya unsur-unsur globalisasi yang sangat gencar dalam waktu yang relatif cepat akan mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan sosial secara berkesinambungan. Hal ini menyebabkan anggota-anggota masyarakat tidak mampu mengukur tindakannya dan dan tidak dapat mengantisipasi arus globalisasi yang sedang berlangsung. Kebimbangan yang dialami masyarakat dapat mendorong perbuatan menyimpang seperti pergaulan bebas, munculnya sifat konsumerisme, dan penyalahgunaan narkotika.
Adanya unsur budaya asing yang masuk akibat globalisasi, sangat berpengaruh terhadap kebudayaan bangsa Indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat. Suatu keadaan yang di mana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga akan terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
Adanya penyerapan unsur budaya luar yang dilakukan secara cepat dan tidak melalui suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang ditampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan budaya. Teknologi yang berkembang pada era globalisasi memengaruhai karakter sosial dan budaya dari lingkungan sosial. Uang, misalnya membentuk kegiatan ekonomi sehingga setiap orang dapat memperoleh keuntungan melalui perdagangan. Tanpa uang, kapitalisme juga tak akan dapat berkembang.
Adanya unsur budaya asing yang masuk yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia sangat mengkhawatir karena dapat menyababkan terjadinya
kegoncangan budaya. Namun, di sisi lain masuknya unsur budaya asing sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Globalisasi adanya suatu proses tatanan masyarakat mendunia, di mana batas wilayah bukan lagi hambatan yang berarti. Hubungan antarbangsa berlangsung lebih aktif. Setiap bangsa yang terbuka harus siap menerima pengaruh tersebut. Negara yang berhasil mewujudkan globalisasi dalam segi kehidupan tetapi juga harus mampu menyaringnya melalui ideologi bangsa yang kokoh, dengan begitu Negara tersebut akan berkembang secara pesat. Sebaliknya, apabila ketahanan ideologi dan pandangan hidup suatu bangsa rapuh, globalisasi justru akan membuat jati diri bangsa tersebut memudar.
Arus globalisasi yang didukung teknologi canggih, membuat kegiatan atau pertunjukan karya seni budaya bangsa lain dalam waktu yang bersamaan atau relatif singkat dapat dinikmati atau disaksikan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dalam menjalani tuntutan era globalisasi, harus tetap mampu berdiri kokoh sebagai bangsa dengan ideologi dan pandangan hidup nasional yang tangguh serta kebudayaan nasional yang luhur.
Pada era globalisasi, hubungan antarmanusia tidak terbatas dalam satu wilayah Negara saja, tetapi suadah antarnegara. Negara berkembang diberi kelonggaran tertentu agar mereka mempunyai waktu guna penyesuaian dengan ketentuan liberalisasi perdagangan global. Telah dikemukakan bahwa globalisasi disebabkan kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi, informasi, serta perkembangan transportasi. Hubungan yang semakin tinggi dan erat antarmanusia dan masyarakat dari berbagai Negara akan berpengaruh terhadap berbagai aspek kegiatan manusia.
Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya : Handphone, komputer, dan lain – lain.

Namun ada pula unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit diterima adalah misalnya :

1.      Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan lain-lain.

2.      Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang paling mudah adalah soal makanan pokok suatu masyarakat.

3.      Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.

4.      Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya :

·         Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
·          Jika pandangan hidup dan nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
·          Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
·          Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
·          Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.

Kesimpulannya adalah di era globalisasi ini kita harus mampu memfilterisasi budaya asing mana yang positif dan tidak melenceng dari norma-norma kebudayaan kita dan budaya asing mana yang negative dan melenceng dari norma adat kita atau bahkan merusak moral bangsa kita.tetapi kita juga harus mempertahankan adat dan kebudayaan kita sendiri, jangan sampai kita lupa dengan kebudayaan sendiri akibat kita terlalu mengikuti kebudayaan asing.
Sumber:
·                     circuitspoofer.blogspot.com
·                     gembelzblog.blogspot.com.